Posts

Showing posts from June, 2018

Rempah-rempah, Komoditas Ekspor Potensial Produk Pertanian Indonesia

Image
Nama Indonesia di kancah internasional sebagai negara penghasil rempah-rempah terbaik bukanlah sebuah mitos ataupun isapan jemol belaka. Sejarah mencatat sepanjang abad ke-16 dan ke-17 keeksotisan nusantara sebagai surga rempah-rempah mengundang daya Tarik bangsa-bangsa barat untuk memanfaatkan rempah-rempah Indonesia terutama di maluku. Rempah-rempah merupakan komoditas unggul pada masa itu dengan rempah-rempah unggulannya yaitu pala, cengkeh, kayu merica, manis, lada dan jahe. Selain dimanfaatkan sebagai bahan kesehatan alami, rempah-rempah juga dikenal sebagai utamanya sebagai bumbu racikan masakan. Gambar 1 Masa keemasan komoditas rempah-rempah memang tidak secemerlang di masa lalu tetapi mengembalikan rempah-rempah sebagai komoditas unggulan bukanlah hal yang mustahil seiring meningkatnya ekspor rempah-rempah untuk memenuhi kebutuhan rempah-rempah dunia. Dikutip dari laman perkebunan.litbang.pertanian.go.id upaya untuk meningkatakan masa keemasan tersebut telah digala

Bineka yang Tergugat

Image
Jiwa-jiwa Indonesia terikat oleh pancasila Lima sila menyatukan kebinekaan Lima Sila yang tak pernah mati ditelan zaman Meski zaman berganti, pancasila tetap murni dan sejati Menyatukan kebinekaan dalam kerangka pancasila Masyarakat beragam warna kulit Beragam agama dan kepercayaan Beragam adat dan istiadat Kami tetap Indonesia Beragam tari, beragam pakaian Beragam bahasa, beragam dialek Beragam rumah, beragam upacara Kami tetap Indonesia Masyarakat multikultur adalah anugrah Melahirkan kebinekan pelengkap kebudayaan Kaya terhadap ragam wajah Indonesia Bangga dimata para penghujat Kami tetap Indonesia Kegaduhan budaya, kegelisihan menafsir Menyerat luka lama Memandang berbeda yang tak sama Membiakkan sikap sebelah mata Tak ragu mencaci yang berbeda Tak ragu membenci ciptaan Aku ragu apakah Indonesia ? Indonesia yang aku cintai Para pemuda berlari diam tanpa suara Para tetua saling menghujat Para elit bentur me

Antusias Pemerintah dan Masyarakat Sulawesi Selatan Sukseskan Asian Games 2018

Image
Indonesia untuk kedua kalinya berhasil menjadi tuan rumah perhelatan olahraga setiap empat tahun Asian Games. Perhelatan ini telah menyentuh usianya ke-18 di tahun 2018 dan kota Jakarta-Palembang menjadi kota penyelenggara ajang olahraga ini setelah sebelumnya di tahun 1962 di Jakarta, Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah yang dibuka secara langsung oleh Presiden Soekarno di Stadion Gelora Bung Karno yang diikuti 1.460 atlet mewakili 17 NOC Asia dengan 13 caban g olahraga [1] . Jakarta-Palembang sebagai kota penyelenggara Asian Games 2018  tidak terlepas dari sejarah kesuksesan Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia menggelar Asian Games ke-4 dan keberhasilan Palembang menggelar Sea Games 2011. Kesiapan kota penyelenggara a n ajang olahraga dari segi infras t u ktu r dan Publikasi menjadi syarat mutlak agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menyaksikan atlet-atlet terbaik bangsa Indonesia bersatu dan berlomba untuk menunjukkan kejayaan Indonesia di Ajang empat tahunan terseb

Ladang Kering

sawah dan irigasi beralih fungsi sengkedan meracau luapan air bah menyeret muntahan bumi ke permukaan menangis seisi bumi menghujat sang pemilik ladang-landang gandum telah kering kerontang tiada hijau di ladang tandus merekah tanah subur cacing-cacing berselimut kafan Gunung-gunung mulus tanpa rambut Sisir tiada kuasa merapikan kulit subur hanya nostalgia era otoriter Gerah silam di puncak pendakian Milenial tertatih menimba air di sumur lupa cara menarik dan menjatuhkan Gayung diberi seutas tali panjang Disangka memancing di lautan bebas Ikan-ikan berenang di air asin Sementara Lautan berjarak setahun berjalan Siripnya semakin panjang dan tajam Insangnya tinggi menjulang ke langit Batang pohon indah di pekarangan kastil Burung-burung hinggap tidak lagi di jendela Bola mata hitam tanpa putih Cakarnya tumpul paruhnya tajam

Surat Untukmu

Dalam sepi renung memanggil Makna segala perkataanmu Hikmah pertemuan Diantara senyum nasib dan takdir Kau ingkari takdir hati Demi ‘tuk raih nasib Dalam kecewa kukagumi dirimu Berpahit tertelan manis Bulan pun bersembunyi malam itu Pengorbanan seorang perawan Pernah bersinar dan menghangatkan Merdup di gelap malam Biarkan mereka menyerang Biarkan mereka hancurkan Izinkan pena ini menari Untuk goreskan kata-kata cinta Dalam lembaran hatimu Hati yang pernah jadi miliku Semua logika akan memudar Ketika sang waktu mulai berpacu Tertawalah bersamaku malam ini Kita bangkitkan masa lalu yang hampir mati Masihkah kau menagih janji Kepada mimpi yang tak pasti Masihkah kau menangis tersedu Saat sepi menemanimu Kesederhanaan sang perawan Tinggal kenangan dalam kisah Indahmu memudar  Akhir nafas ku bukan dia 

Sejelas Takdir

Pernah sekali ku merenung akan dirimu Berharap suatu saat kau akan mengerti cinta yang tak bersyarat ini Meskipun sakit hati ketika melihat mu mengacuhkan diri ini Sejenak terbersit dipikaranku tentang mengabaikan dan melupakan Akan tetapi anganku yang terlampau tingga jika kita bersama Mengurunkan niat ku membiarkan mu bebas Kucoba tuk mendekat dalam diam Semakin ku mendekat gejolak hati akan pengharapan yang tinggi Terasa pudar dalam kelapnya dingin suasana Memang ini adalah cinta tak bersyarat Akhir dari cerita ini pun telah tergambar jelas sejelas takdir Meskipun dapat diubah tetapi tak akan pernah sama dengan cinta tulus